Monday, December 18, 2006

Ingatan dan Usaha sendiri


LIMAU. Anggur.
Dua buah ini memang amat digemarinya. Kalau makan limau tak cukup sebiji. Sebiji. Bukan seulas. Kalau anggur pula, paling kurang lima. Lima biji. Bukan lima kilo. Hehehhe...


Tadi sekitar jam 11 pagi, saya memberinya beberapa ulas limau. Mulanya diambil dan dimakannya ulas-ulas yang sudah saya pisahkan dari kulit dan sudah saya bersihkan urat-urat yang membalutnya. Tapi tak lama kemudiannya dia mahukan buah yang masih belum dikopek. Saya serahkan kepadanya sebiji. Saya perhatikan apa yang mahu dilakukan ke atas buah itu.


Dengan menggunakan jemarinya yang kecil dia berjaya melepaskan isi buah itu dari kulitnya. Dengan hati-hati dia juga membersihkan urat-urat yang melekat di buah itu sepertimana yang saya lakukan sebelumnya.

Dia tersenyum dan kemudian menyuapkan buah yang sudah dipisah-pisahkannya menjadi ulas-ulas yang kecil ke mulut.


"Ummi, Abah nye?" tiba-tiba soalan itu diajukan kepada saya.

Mungkin bagi anda di luar sana ayat itu tidak memberi kesan apa-apa. Tapi bagi saya ia amat mengharukan.


"Ummi, Abah suka..." katanya lagi. Air mata saya hampir menitis.

"OK lah. Kita simpan separuh untuk Abah," kata saya untuk menyenangkan hatinya.


Tiba waktu makan tengah hari.

Saya menyuapkan mi sup ke mulutnya.

"Emmm seeedappp..." luahnya memuji.

"Bijaknya anak Ummi," balas saya.

"Ummi, Abah.

"Ummi, Abah pun nak," katanya penuh yakin.

Sekali lagi hati saya digamit pilu.


Anak ini, yang usianya belum pun mencecah dua tahun sudah tahu dan ingat buah kegemaran Abahnya. Pun antara makanan yang digembari Abahnya!


Tadi saya merebus sedikit kacang tanah. Untuk dimakan waktu duduk berehat.


Dia mengambil satu. Dikupasnya. Dileraikan biji-biji kacang yang comel dari kulitnya.

Dia belajar untuk melakukannya sendiri tanpa bantuan saya. Sekali lagi dia belajar berdikari!

Tuesday, December 12, 2006

Gambar



Bila gambar pertama ini saya tunjukkan kepadanya
dia tersenyum riang.
"Achu, Haniyya, Kakak, Acik.."
katanya dengan bangan matanya menyusur satu
persatu wajah yang dikenalinya.
"Haniyya ada chepit (sepit)," sungguh riang dia mengkhabarkan.
Itu malam tadi...




Pagi ini saya tunjukkan pula gambar kedua ini.
Dia ketawa.
"Comelnyaaa..."
"Ummi, Haniyya tu comel..." katanya.
Saya ketawa. Sejak bila dia mengenal perkataan 'comel'?



Benarlah. Dia semakin banyak mengumpul perkataan.
Semakin bijak menggunakannya dengan betul dan tepat.

Friday, December 08, 2006

Antara Lubnan, Palestin, dan Kita

Di sana, di Lubnan sana
Setompok jasad terbujur kaku di balik reruntuhan kota
Sekelompok manusia berkejaran bersama desingan peluru
Ada jerit ketakutan, ada jerit kemarahan
Kemarahan akan eksistensi bangsa babi dan kera
Ada tangis kepedihan, ada pula tangis kesedihan
Kepedihan akan ketiadaan pembelaan dunia
Darah telah tertumpah bersama roh yang terlepas dari raga
Di balik panasnya cuaca atau ledakan yang tersisa
Debu-debu terbang menembus batas pertahanan
Tenaga telah habis, tertewas menelusuri sisa-sisa kehidupan
Ada diam yang membisu di kegelapan
Menggigil, seakan udara dingin tak mahu kompromi
Menanti detik-detik yang tak tahu apa
Menanti ditemani suara-suara yang menyejukkan
“Masih ada Allah bersama kita”
“Masih ada Allah yang membela”
“Walau dunia tak peduli, Aku masih punya Allah”
“Tak ada kata menyerah”

Di sana, di Palestin sana
Anak kehilangan ibu, isteri kehilangan suami
Sekelompok manusia berdiri menatap ke satu arah
Air mata telah kering, pun esakan tak tersisa
Bertanya dalam hati mereka,
“Di mana rumah kami?”
Konspirasi demi konspirasi meluluh lantakkan harta, jiwa raga
Pembantaian demi pembantaian tak kenal siapa dan bagaimana
Kemarahan, kesedihan, bermuara pada kobaran semangat
Gemeretak geraham dan tulang-belulang terdengar jelas
Bangsa terlaknat !!!
Allah ghayatuna, la takhof !! Allahu ma’ana
Ribuan manusia bergerak menuju satu titik
Kubah hijau telah penuh dengan manusia
Ada manusia serakah, congkak dan culas
Penuh nafsu menguasai dunia, memangsa nurani manusia
Ada pula manusia yang jiwanya hidup menanti janji
Janji dengan Rabbnya akan kenikmatan tiada akhir di syurga
Bertemu bidadari bermata jeli
Perjuangan tiada akhir sejak dahulu kala
Tak ada kompromi dengan manusia-manusia terlaknat
Walau hanya sejengkal tanah sekalipun
Tanah air kami, adalah tanah air Islam
Islam, tinggi dan tak ada yang lebih tinggi
“Allah ada di atas segalanya”

Di sini, di Malaysia negara kita
Bencana demi bencana kian hari kian menuntut pengorbanan
Bukan bencana alam semesta
Namun bencana buatan manusia
Ada Mat Rempit di sini sana
Ada sekelompok manusia tengah bergembira
Memainkan peran seorang penari dunia
Dengan dalih kemerdekaan
Perzinahan, perompakan, pembunuhan, pun tak terelakkan
Ada manusia yang sedang menikmati empuknya kasur nan harum
Sambil menikmati tontonan tak bermutu
Lalu seketika tercetus,
“Urus saja diri masing-masing”
“Orang jauh-jauh tak usah dipedulikan”
“Hidup ini sudah senang dan selesa, tak usah disusah-susahkan”
Tak peduli dengan kewujudan manusia di belahan bumi yang lain
Ada pula sekelompok manusia mengambil kesempatan
Meraup lembar demi lembar kertas bernama wang
Menjajah manusia lain demi pangkat dan harta
Lalu berkata, “Merdeka !!!”
Tapi tunggu…!!!Masih ada gelombang manusia yang menyerukan perlawanan
Masih ada gelombang manusia mengulurkan tangan
Walau hanya segelintir saja, mereka adalah mujahid
Mereka kah yang dikatakan golongan orang yang Allah lindungi?
Entahlah, aku tidak mampu menyelami hati mereka
Apa kerana Allah? Atau kerana yang lain?
Mudah-mudahan hanya kerana Allah saja merekamelakukannya
Wahai mujahid !!!Aneka kehidupan telah terhampar nyata di bumi
Lantangkan suaramu dan tetaplah waspada
Luruskan barisanmu, dan kukuhkanlah
Bersihkan niatmu, dan bersabarlah
Tak ada kata tunduk terhadap kebatilan
Tak ada kata menyerah menyerukan al-haq
Berikan apa saja yang mampu engkau berikan
Hingga desah nafasmu yang terakhir
Allah akan menggantikannya dengan yang terbaik
Maukah kalian wahai pencari syahid?

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (At-Taubah : 111)

Monday, December 04, 2006

Dia mula cerdik

"Ummi..."
"Sayaaa..." Dia menjawabnya sendiri sebelum sempat saya bersuara. Lengok ucapannya benar-benar meniru gaya saya menjawab.
Dia ketawa. Saya juga ketawa melihat keletahnya.
"Ummi..."
Dia mengulangi sekali lagi. Dan sekali lagi juga dia menjawab sendiri. Kami sama-sama ketawa.
"Ooooo...main-mainkan Ummi ye."
"Tak lah..." jawabnya. Saya terkejut dengan jawapannya itu. Respons yang langsung tidak saya jangka. Dia semakin pandai menggunakan ayat yang betul sebagai tindak balas.
Dia ketawa seronok. Saya ketawa bangga.